Pertolongan Pertama
Assalamulaikum Wr. Wb... hellloooooooooooooooooooow pa kbar Misterkey Lover.... he,heee >(^_^)< Kali ini Misterkey mau share materi tentang Pemberian pertolongan Pertama kepada penderita sakit atau korban
kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar untuk mencegah cacat atau
maut.
Tujuan Pertolongan Pertama
1. Menyelamatkan jiwa penderita
2. Mencegah cacat
3. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan
Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu
Dalam perkembangannya tindakan pertolongan pertama diharapkan
menjadi bagian dari suatu sistem yang dikenal dengan istilah Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu, yaitu sistem pelayanan kedaruratan bagi
masyarakat yang membutuhkan, khususnya di bidang kesehatan.
Komponen Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu:
1. Akses dan Komunikasi
Masyarakat harus mengetahui kemana mereka harus meminta bantuan,
baik yang umum maupun yang khusus.
2. Pelayanan Pra Rumah Sakit
Secara umum semua orang boleh memberikan pertolongan.
Klasifikasi Penolong:
a. Orang Awam
Tidak terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan pertolongan
pertama
b. Penolong pertama
Kualifikasi ini yang dicapai oleh KSR PMI
c. Tenaga Khusus/Terlatih
Tenaga yang dilatih secara khusus untuk menanggulangi
kedaruratan di Lapangan
3. Tansportasi
Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi
Dasar Hukum
Di dalam undang-undang ditemukan beberapa pasal yang mengatur
mengenai Pertolongan Pertama, namun belum dikuatkan dengan peraturan lain untuk
melengkapinya. Beberapa pasal yang berhubungan dengan Pertolongan Pertama
antara lain :
Pasal 531 K U H Pidana
“Barang siapa menyaksikan sendiri ada orang didalam keadaan
bahaya maut, lalai memberikan atau mengadakan pertolongan kepadanya sedang
pertolongan itu dapat diberikannya atau diadakannya dengan tidak akan
menguatirkan, bahwa ia sendiri atau orang lain akan kena bahaya dihukum
kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,-.
Jika orang yang perlu ditolong itu mati, diancam dengan : KUHP 45, 165, 187,
304 s, 478, 525, 566”
Persetujuan Pertolongan
Saat memberikan pertolongan sangat penting untuk meminta izin
kepada korban terlebih dahulu atau kepada keluarga, orang disekitar bila korban
tidak sadar. Ada 2 macam izin yang dikenal dalam pertolongan pertama :
1. Persetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat (Implied
Consent)
Persetujuan yang diberikan pendarita sadar dengan cara
memberikan isyarat, atau penderita tidak sadar, atau pada anak kecil yang tidak
mampu atau dianggap tidak mampu memberikan persetujuan
2. Pesetujuan yang dinyatakan (Expressed Consent)
Persetujuan yang dinyatakan secara lisan maupun tulisan oleh
penderita.
Alat Perlindungan Diri
Keamanan penolong merupakan hal yang sangat penting, sebaiknya
dilengkapi dengan peralatan yang dikenal sebagai Alat Perlindungan Diri antara
lain :
a. Sarung tangan lateks

Pada dasarnya semua cairan tubuh dianggap dapat menularkan
penyakit.
b. Kaca mata pelindung

Mata juga termasuk pintu gerbang masuknya penyakit kedalam tubuh
manusia
Mengamankan tubuh penolong dari merembesnya carian tubuh melalui
pakaian.
d. Masker penolong
Mencegah penularan penyakit melalui udara
e. Masker Resusitasi Jantung Paru
Masker yang dipergunakan untuk memberikan bantuan napas
Seiring risiko adanya benturan pada kepala meningkat. Helm dapat
mencegah terjadinya cedera pada kepala saat melakukan pertolongan.
Kewajiban Pelaku Pertolongan Pertama
Dalam menjalankan tugasnya ada beberapa kewajiban yang harus
dilakukan :
a. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang
sekitarnya.
b. Dapat menjangkau penderita.
c. Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa.
d. Meminta bantuan/rujukan.
e. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan
keadaan korban
f. Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya.
g. Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita.
h. Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat.
i. Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi.
Kualifikasi Pelaku Pertolongan Pertama
Agar dapat menjalankan tugas seorang petugas penolong harus
memiliki kualifikasi sebagai berikut :
a. Jujur dan bertanggungjawab.
b. Memiliki sikap profesional.
c. Kematangan emosi.
d. Kemampuan bersosialisasi.
e. Kemampuannya nyata terukur sesuai sertifikasi PMI. Secara
berkesinambungan mengikuti kursus penyegaran.
f. Selalu dalam keadaan siap, khususnya secara fisik
g. Mempunyai rasa bangga.
Fungsi Alat dan Bahan Dasar
Dalam menjalankan tugasnya ada beberapa peralatan dasar yang
sebaiknya tersedia dan mampu digunakan oleh penolong di antaranya :
1. Alat dan bahan memeriksa korban
2. Alat dan bahan perawatan luka
3. Alat dan bahan perawatan patah tulang
4. Alat untuk memindahkan penderita
5. Alat lain yang dianggap perlu sesuai dengan kemampuan
BAB II. ANATOMI
Pengertian
Anatomi (susunan Tubuh)
Adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan bentuk tubuh.
Fisiologi (faal tubuh)
Adalah Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) bagian dari alat atau
jaringan tubuh.
Posisi Anatomis
Tubuh manusia diproyeksikan menjadi suatu posisi yang dikenal
sebagai posisi anatomis, yaitu berdiri tegak, ke dua lengan di samping tubuh,
telapak tangan menghadap ke depan. Kanan dan kiri mengacu pada kanan dan kiri
penderita.
Gambar bisa dilihat pada buku Pertolongan Pertama edisi ke II,
terbitan Markas Pusat PMI
BIDANG ANATOMIS
Dalam posisi seperti ini tubuh manusia dibagi menjadi beberapa
bagian oleh 3 buah bidang khayal:
1. Bidang Medial; yang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan
2. Bidang Frontal; yang membagi tubuh menjadi depan (anterior)
dan bawah (posterior)
3. Bidang Transversal; yang membagi tubuh menjadi atas
(superior) dan bawah (inferior)
Istilah lain yang juga dipergunakan adalah untuk menentukan
suatu titik lebih dekat ke titik referensi (proximal) dan lebih jauh ke titik
referensi (distal).
Pembagian tubuh manusia
Tubuh manusia dikelilingi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka.
Secara garis besar, tubuh manusia dibagi menjadi :
a. Kepala
Tengkorak, wajah, dan rahang bawah
b. Leher
c. Batang tubuh
Dada, perut, punggung, dan panggul
d. Anggota gerak atas
Sendi bahu, lengan atas, lengan bawah, siku, pergelangan tangan,
tangan.
e. Anggota gerak bawah
Sendi panggul, tungkai atas, lutut, tungkai bawah, pergelangan
kaki, kaki.
Rongga dalam tubuh manusia
Selain pembagian tubuh maka juga perlu dikenali 5 buah rongga
yang terdapat di dalam tubuh yaitu :
a. Rongga tengkorak
Berisi otak dan bagian-bagiannya
b. Rongga tulang belakang
Berisi bumbung saraf atau “spinal cord”
c. Rongga dada
Berisi jantung dan paru
d. Rongga perut (abdomen)
Berisi berbagai berbagai organ pencernaan
Untuk mempermudah perut manusia dibagi menjadi 4 bagian yang
dikenal sebagai kwadran sebagai berikut:
1. Kwadran kanan atas (hati, kandung empedu, pankreas dan usus)
2. Kwadran kiri atas (organ lambung, limpa dan usus)
3. Kwadran kanan bawah (terutama organ usus termasuk usus buntu)
4. Kwadran kiri bawah (terutama usus).
Catatan : Untuk materi terbaru, kwadran dibagi menjaid 9 titik
yaitu : Titik atas kanan,
Titik atas tengah, Titik atas kiri, Titik tengah kanan, Titik
tengah, Titik tengah kiri,
Titik bawah kanan,Titik tengah bawah,dan Titik kiri bawah.
e. Rongga panggul
Berisi kandung kemih, sebagian usus besar, dan organ reproduksi
dalam
Sistem dalam tubuh manusia
Agar dapat hidup tubuh manusia memiliki beberapa sistem:
1. Sistem Rangka (kerangka/skeleton)
a. Menopang bagian tubuh
b. Melindungi organ tubuh
c. Tempat melekat otot dan pergerakan tubuh
d. Memberi bentuk bangunan tubuh
2. Sistem Otot (muskularis)
Memungkinkan tubuh dapat bergerak
3. Sistem pernapasan (respirasi)
Pernapasan bertanggung jawab untuk memasukkan oskigen dari udara
bebas ke dalam darah dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.
4. Sistem peredaran darah (sirkulasi)
Sistem ini berfungsi untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh.
5. Sistem saraf (nervus)
Mengatur hampir semua fungsi tubuh manusia. Mulai dari yang
disadari sampai yang tidak disadari
6. Sistem pencernaan (digestif)
Berfungsi untuk mencernakan makanan yang masuk dalam tubuh
sehingga siap masuk ke dalam darah dan siap untuk dipakai oleh tubuh
7. Sistem Klenjar Buntu (endokrin)
8. Sistem Kemih (urinarius)
9. Kulit
10.Panca Indera
11.Sistem Reproduksi
BAB III. PENILAIAN
Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan
untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun
untuk mengatasi korbannya.
Langkah – langkah penilaian pada penderita :
a. Penilaian Keadaan
b. Penilaian Dini
c. Pemeriksaan Fisik
d. Riwayat Penderita
e. Pemeriksaan Berkala atau Lanjut
f. Serah terima dan pelaporan
Penilaian keadaan
Penilaian keadaan dilakukan untuk memastikan situasi yang
dihadapi dalam suatu upaya pertolongan. Sebagai penolong kita harus memastikan
apa yang sebenarnya kita hadapai, apakah ada bahaya susulan atau hal yang dapat
membahayakan seorang penolong. Ingatlah selalu bahwa seorang atau lebih sudah
menjadi korban, jangan ditambah lagi dengan penolong yang menjadi korban.
Keselamatan penolong adalah nomor satu.
Keamanan lokasi
Pelaku pertolongan pertama saat mencapai lokasi kejadian,
haruslah tanggap dan dengan serta merta melakukan penilaian keadaan dengan
mengajukan pertanyaan – pertanyaan seperti dibawah.
a. Bagaimana kondisi saat itu
b. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi
c. Bagaimana mengatasinya
Setelah keadaan di atasi barulah kita mendekati dan menolong
korban. Adakalanya kedua ini berjalan bersamaan.
Tindakan saat tiba di lokasi
Bila anda sudah memastikan bahwa keadaan aman maka tindakan
selanjutnya adalah :
1. Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang-orang
di sekitar lokasi kejadian.
2. Penolong harus memperkenalkan diri, bila memungkinkan:
• Nama Penolong
• Nama Organisasi
• Permintaan izin untuk menolong dari penderita / orang
3. Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan mulai
melakukan penilaian dini dari penderita.
4. Mengenali dan mengatasi gangguan / cedera yang mengancam
nyawa.
5. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan.
6. Minta bantuan.
Sumber Informasi
Informasi tambahan mengenai kasus yang kita hadapi dapat
diperoleh dari :
• Kejadian itu sendiri.
• Penderita (bila sadar).
• Keluarga atau saksi.
• Mekanisme kejadian.
• Perubahan bentuk yang nyata atau cedera yang jelas.
• Gejala atau tanda khas suatu cedera atau penyakit.
Penilaian Dini
Penolong harus mampu segera mampu untuk mengenali dan mengatasi
keadaan yang mengancam nyawa korban.
Langkah-langkah penilaian dini :
a. Kesan umum
Seiring mendekati penderita, penolong harus mementukan apakah
situasi penderita tergolong kasus trauma atau kasus medis.
Kasus Trauma : Mempunyai tanda – tanda yang jelas terlihat atau
teraba.
Kasus Medis : Tanpa tanda – tanda yang terlihat atau teraba
b. Periksa Respon
Cara sederhana untuk mendapatkan gambaran gangguan yang
berkaitan dengan otak penderita
Terdapat 4 tingkat Respons penderita :
A = Awas
Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.
S = Suara
Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau mendengar
suara.
N = Nyeri
Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan
oleh penolong, misalnya dicubit, tekanan pada tulang dada.
Catatan :
untuk saat ini, penekanan pada tulang dada sudah tidak
diperbolehkan lagi untuk menjaga
kemungkinan kalau di daerah tersebut (dada) terjadi cedera,
sehingga apabila dilakukan
penekanan akan menambah parah cedera tersebut.
T = Tidak respon
Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan
oleh penolong. Tidak membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama
sekali tidak bereaksi pada rangsang nyeri.
c. Memastikan jalan napas terbuka dengan baik (Airway).
Jalan napas merupakan pintu gerbang masuknya oksigen ke dalam
tubuh manusia. Apapaun usaha yang dilakukan, namun bila jalan napas tertutup
semuanya akan gagal.
1. Pasien dengan respon
Cara sederhana untuk menilai adalah dengan memperhatikan peserta
saat berbicara. Adanya gangguan jalan napas biasanya akan berakibat pada
gangguan bicara.
2. Pasien yang tidak respon
Pada penderita yang tidak respon, penolonglah yang harus
mengambil inisiatif untuk membuka jalan napas. Cara membuka jalan napas yang
dianjurkan adalah angkat dagu tekan dahi. Pastikan juga mulut korban bersih,
tidak ada sisa makanan atau benda lain yang mungkin menyumbat saluran napas.
d. Menilai pernapasan (Breathing)
Periksa ada tidaknya napas dengan jalan lihat, dengar dan
rasakan, nilai selama 3 – 5 detik.
Pernapasan yang cukup baik mempunyai tanda :
1. Dada naik dan turun secara penuh
2. Bernapas mudah dan lancar
3. Kualitas pernapasan normal
(<8 x/menit dewasa, <10 x/menit anak – anak, 20 x/menit
bayi)
Pernapasan yang kurang baik
1. Dada tidak naik atau turun secara penuh
2. Terdapat kesulitan bernapas
3. Cyanosis (warna biru/abu – abu pada kulit, bibir, atau kuku)
4. Kualitas pernapasan tidak normal
e. Menilai sirkulasi dan menghentikan perdarahan berat
Pastikan denyut jantung cukup baik Pastikan bahwa tidak ada
perdarahan yang dapat mengancam nyawa yang tidak terlihat. Pakaian tebal dapat
mengumpulkan darah dalam jumlah yang cukup banyak.
f. Hubungi bantuan
Mintalah bantuan kepada orang lain atau tenaga terlatih lain.
Pesan yang disampaikan harus singkat, jelas dan lengkap.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan rinci dan sistematis
mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Tiga metode pemeriksaan fisik:
1. Penglihatan (Inspection)
2. Perabaan (Palpation)
3. Pendengaran (Auscultation)
Jangan banyak membuang waktu untuk melakukan pemeriksaan secara
rinci. Lakukan secara cepat tetapi pastikan tidak ada yang terlewat.
Pemeriksaan fisik memastikan bahwa tidak ada yang terlewat.
Beberapa hal yang dapat dicari pada saat memeriksa korban :
P : Perubahan bentuk (Deformities) – caranya : bandingkan sisi
sakit dengan yang sehat
L : Luka Terbuka (Open Ijuries) – caranya : biasanya terlihat
adanya darah
N : Nyeri (Tenderness) – caranya : daerah yang cedera lunak bila
ditekan
B : Bengkak (Swelling) – caranya : daerah yang cedera mengalami
pembengkakan
Beberapa tanda cedera mungkin dapat jelas terlihat, banyak yang
tidak terlihat dan menyimpan serius cedera potensial.
Dengarkan penderita. Dengan mendengarkan dapat menunjukkan
kepedulian dan memungkinkan mendapat informasi.
Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
Amati dan raba (menggunakan kedua tangan dan dengan tekanan),
bandingkan (simetry), cium bau yang tidak biasa dan dengarkan (suara napas atau
derit anggota tubuh), dalam urutan berikut:
1. Kepala
a. Kulit Kepala dan Tengkorak
b. Telinga dan Hidung
c. Pupil Mata
d. Mulut
2. Leher
3. Dada
a. Periksa perubahan bentuk, luka terbuka, atau perubahan
kekerasan
b. Rasakan perubahan bentuk tulang rusuk sampai ke tulang
belakang
c. Lakukan perabaan pada tulang
4. Abdomen
a. Periksa rigiditas (kekerasan)
b. Periksa potensial luka dan infeksi
c. Mungkin terjadi cedera tidak terlihat, lakukan perabaan
d. Periksa adanya pembengkakan
5. Punggung
a. Periksa perubahan bentuk pada tulang rusuk
b. Periksa perubahan bentuk sepanjang tulang belakang
6. Pelvis
7. Alat gerak atas
8. Alat gerak bawah
Pemeriksaan tanda vital
1. Frekuensi nadi : termasuk kualitas denyutnya, kuat atau
lemah, teratur atau tidak.
2. Frekuensi napas: juga apakah proses bernapas terjadi secara
mudah, atau ada usaha bernapas, adakah tanda-tanda sesak napas.
3. Tekanan darah
4. Suhu : diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa
juga kondisi kulit: kering, berkeringat, kemerahan, perubahan warna dan
lainnya.
Denyut Nadi Normal :
Bayi : 120 – 150 x / menit
Anak : 80 – 150 x / menit
Dewasa : 60 – 90 x / menit
Frekuensi Pernapasan Normal:
Bayi : 25 – 50 x / menit
Anak : 15 – 30 x / menit
Dewasa : 12 – 20 x / menit
Riwayat Penderita
Selain melakukan pemeriksaan, jika memungkinkan dilakukan
wawancara untuk mendapatkan data tambahan. Wawancara sangat penting jika
menemukan korban dengan penyakit.
Mengingat wawancara yang dilakukan dapat berkembang sangat luas,
untuk membantu digunakan akronim : KOMPAK
K = Keluhan Utama (gejala dan tanda)sesuatu yang sangat
dikeluhkan penderita
O = Obat-obatan yang diminum.
Pengobatan yang sedang dijalani penderita atau obat yang baru
saja diminum atau obat yang seharusnya diminum namun ternyata belum diminum.
M = Makanan/minuman terakhir
Peristiwa ini mungkin menjadi dasar terjadinya kehilangan respon
pada penderita. Selain itu data ini juga penting untuk diketahui bila ternyata
penderita harus menjalani pembedahan
kemudian di rumah sakit.
P = Penyakit yang diderita
Riwayat penyakit yang diderita atau pernah diderita yang mungkin
berhubungan dengan keadaan yang dialami penderita pada saat ini, misalnya
keluhan sesak napas dengan riwayat gangguan jantung tiga tahun yang lalu.
A = Alergi yang dialami.
Perlu dicari apakah penyebab kelainan pada pasien ini mungkin
merupakan suatu bentuk alergi, biasanya penderita atau keluarganya sudah
mengetahuinya
K = Kejadian.
Kejadian yang dialami korban, sebelum kecelakaan atau sebelum
timbulnya gejala dan tanda penyakit yang diderita saat ini.
Wawancara ini dapat dilakukan sambil memeriksa korban, tidak
perlu menunggu sampai pemeriksaan selesai dilakukan.
Pemeriksaan Berkelanjutan
Setelah selesai melakukan pemeriksaan dan tindakan, selanjutnya
lakukan pemeriksaan berkala, sesuai dengan berat ringannya kasus yang kita
hadapi.
Pada kasus yang dianggap berat, pemeriksaan berkala dilakukan
setiap 5 menit, sedangkan pada kasus yang ringan dapat dilakukan setiap 15
menit sekali.
Beberapa hal yang dapat dilakukan pada pemeriksaan berkala
adalah :
1. Keadaan respon
2. Nilai kembali jalan napas dan perbaiki bila perlu
3. Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya
4. Periksa kembali nadi penderita dan bila perlu lakukan secara
rinci bila waktu memang tersedia.
5. Nilai kembali keadaan kulit : suhu, kelembaban dan kondisinya
Periksa kembali dari ujung kepala sampai ujung kaki, mungkin ada bagian yang
terlewat atau membutuhkan pemeriksaan yang lebih teliti.
6. Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum
diperiksa atau sengaja dilewati karena melakukan pemeriksaan terarah.
7. Nilai kembali penatalaksanaan penderita, apakah sudah baik
atau masih perlu ada tindakan lainnya.
Periksa kembali semua pembalutan, pembidaian apakah masih cukup
kuat, apakah perdarahan sudah dapat di atasi, ada bagian yang belum terawat.
8. Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa
aman dan nyaman
Pelaporan dan Serah terima
Biasakanlah untuk membuat laporan secara tertulis. Laporan ini
berguna sebagai catatan anda, PMI dan bukti medis.
Hal-hal yang sebaiknya dilaporkan adalah :
• Umur dan jenis kelamin penderita
• Keluhan Utama
• Tingkat respon
• Keadaan jalan napas
• Pernapasan
• Sirkulasi
• Pemeriksaan Fisik yang penting
• KOMPAK yang penting
• Penatalaksanaan
• Perkembangan lainnya yang dianggap penting
Bila ada formulirnya sertakan form laporan ini kepada petugas
yang mengambil alih korban dari tangan anda.
Serah terima dapat dilakukan di lokasi, yaitu saat tim bantuan
datang ke tempat anda, atau anda yang mendatangi fasilitas kesehatan.
BAB IV. BHD (BANTUAN HIDUP DASAR)DAN RJP (RESUSITASI JANTUNG
PARU)
Sistem pernapasan dan sirkulasi
a. Sistem pernapasan, fungsi :
Mengambil oksigen
Mengeluarkan CO2
Menghangatkan dan melembabkan udara ( hidung )
Susunan saluran napas :
1. Mulut/hidung
2. Faring
3. Larings
4. Trakea
5. Bronkus
6. Bronkiolus
7. Alveolus (tempat pertukaran O2 dan CO2 di paru-paru).
b. Sistem sirkulasi, fungsi :
Alat angkut : O2, CO2, zat nutrisi, zat sampah.
Pertahanan tubuh terhadap penyakit dan racun
Mengedarkan panas ke seluruh tubuh
Membantu membekukan darah bila terjadi luka
Sistem sirkulasi, terdiri dari :
1. Jantung
2. Pembuluh darah ( arteri, vena, kapiler )
3. Darah dan komponennya ( sel darah merah, sel darah putih,
keping darah, plasma )
4. Saluran limfe
Pengertian mati klinis dan mati biologis
Mati klinis :
Tidak ditemukan adanya pernapasan dan denyut nadi, bersifat
reversibel, penderita punya kesempatan waktu 4-6 menit untuk dilakukan
resusitasi tanpa kerusakan otak.
Mati biologis :
Biasanya terjadi dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung,
dimulai dengan kematian sel otak, bersifat irreversibel. ( kecuali berada di
suhu yang ekstrim dingin, pernah dilaporkan melakukan resusitasi selama 1 jam/
lebih dan berhasil ).
Tanda-tanda pasti mati :
a. Lebam mayat
b. Kaku mayat
c. Pembusukan
d. Tanda lainnya : cedera mematikan.
Empat Komponen Rantai Survival :
a. Kecepatan dalam permintaan bantuan
b. Resusitasi jantung paru ( RJP )
c. Defibrilasi
d. Pertolongan hidup lanjut
Tiga Komponen Bantuan Hidup Dasar :
a. A (Airway Control) : penguasan jalan napas
b. B (Breathing Support) : bantuan pernapasan
c. C (Circulatory Suport) : bantuan sirkulasi (pijatan jantung
luar) dan menghentikanperdarahan besar.
Dua macam penyebab utama sumbatan jalan napas :
a. Lidah : ( pada orang dewasa yang tidak ada respon )
b. Benda asing : ( pada bayi dan anak kecil )
Dua macam cara membuka jalan napas
a. Teknik angkat dagu-tekan dahi : (bila tidak ada trauma
kepala,leher, tulang belakang).
b. Perasat pendorongan rahang bawah : (jaw thrust maneuver)
Cara memeriksa napas
Dengan cara LDR ( lihat, dengar, rasakan ) selama 3-5 detik.
Dua Teknik untuk membersihkan jalan napas :
a. Menempatkan posisi pemulihan
b. Sapuan jari
Mengenali sumbatan jalan napas
1. Sumbatan parsial : penderita berupaya untuk bernapas, mungkin
disertai bunyi napas tambahan seperti mengirik, mengorok, kumur, dll.
2. Sumbatan total : penderita sulit bernapas dan akhirnya akan
kehilangan kesadaran.
Cara mengatasi sumbatan jalan napas pada berbagai penderita
Sumbatan jalan napas total dapat diatasi dengan Perasat Heimlich
(Heimlich Manuveur), yaitu :
a. Hentakan perut : letak kompresi pada pertengahan antara
pertemuan iga kanan/kiri dengan pusar.
b. Hentakan dada : letak kompresi pada pertengahan tulang dada
Prinsip dasar bantuan pernapasan
Dua Teknik bantuan pernapasan :
1. Menggunakan mulut penolong :
a. mulut ke masker RJP
b. mulut ke APD
c. mulut ke mulut/ hidung
2. Menggunakan alat bantu : kantung masker berkatup (BVM/ Bag
Valve Mask)
Bahaya bagi penolong dalam pemberian napas dari mulut ke mulut ;
a. penyebaran penyakit
b. kontaminasi bahan kimia
c. muntahan penderita
Frekwensi pemberian napas buatan untuk masing-masing kelompok
umur penderita.
a. Dewasa : 10-12 x pernapasan / menit, masing-masing 1,5-2
detik
b. Anak(1-8 th) : 20 x pernapasan / menit, masing-masing 1-1,5
detik
c. Bayi (0-1 th) : lebih dari 20 x pernapasan / menit,
masing-masing 1-1,5 detik
d. Bayi baru lahir : 40 x pernapasan / menit, masing-masing
1-1,5 detik
Tanda pernapasan adekuat, kurang adekuat dan tidak bernapas :
1. Tanda pernapasan adekuat :
a. Dada dan perut naik turun sirama dengan pernapasan
b. Penderita tampak nyaman
c. Frekuensi cukup ( 12-20x/menit )
2. Tanda pernapasan kurang adekuat :
a. Gerakan dada kurang baik
b. Ada suara napas tambahan
c. Kerja oto bantu napas
d. Sianosis ( kulit kebiruan )
e. Frekuensi napas kurang/ berlebih
f. Perubahan status mental
3. Tanda tidak bernapas :
a. Tidak ada gerakan dada / perut
b. Tidak terdengar aliran udara melalui mulut / hidung
c. Tidak terasa hembusan napas dari mulut / hidung.
Prinsip dasar Bantuan Sirkulasi
Bantuan sirkulasi dilakukan dengan pijatan jantung luar,
kedalaman PJL :
a. Dewasa : 4 – 5 cm
b. Anak dan bayi : 3 – 4 cm
c. Bayi : 1,5 – 2,5 cm
Prinsip Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Tindakan RJP merupakan gabungan dari ketiga komponen A, B, dan
C.
Sebelum melakukan RJP, penolong harus memastikan :
a. Tidak ada respon
b. Tidak ada napas
c. Tidak ada nadi
d. Alas RJP harus keras dan datar
a. Dua macam rasio pada RJP
1. Dewasa dikenal 2 rasio :
a. 2 penolong : 15:2 (15 kali PJL, 2 kali tiupan) per siklus
b. 1 penolong : 5:1 (5 kali PJL, 1 kali tiupan) per silkus
2. Anak dan bayi hanya dikenal 1 rasio : 5:1 ( 5 kali PJL, 1
kali tiupan ) per silkus
Catatan : untuk rasio pada tindakan RJP terjadi perubahan,
tetapi karena buku acuannya belum diterbitkan, maka dari redaksi GHIENT belum
berani menampilkannya.
b. Prinsip penekanan pada Pijatan Jantung Luar
Pijatan jantung luar bisa dilakukan karena jantung terletak
diantara tulang dada dan tulang punggung.
Letak titik pijatan pada PJL :
1. Dewasa : 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri,
menggunakan 2 tangan.
2. Anak : 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri,
menggunakan 1 tangan.
3. Bayi : 1 jari dibawah garis imajiner antara kedua puting susu
bayi,menggunakan 2 jari ( jari tengah dan jari manis )
c. Enam tanda RJP dilakukan dengan baik
1. Saat melakukan PJL, suruh seseorang menilai nadi karotis,
bila ada denyut maka berarti tekanan kita cukup baik.
2. Gerakan dada naik/turun dengan baik saat memberikan bantuan
napas.
3. Reaksi pupil mata mungkin kembali normal
4. Warna kulit penderita berangsu-angsur kembali membaik
5. Mungkin ada reflek menelan dan bergerak
6. Nadi akan berdenyut kembali
d. Lima macam komplikasi yang dapat terjadi pada RJP :
1. Patah tulang dada/ iga
2. Bocornya paru-paru ( pneumothorak)
3. Perdarahan dalam paru-paru/ rongga dada ( hemothorak )
4. Luka dan memar pada paru-paru
5. Robekan pada hati
e.Empat keadaan dimana tindakan RJP di hentikan, yaitu :
1. penderita pulih kembali
2. penolong kelelahan
3. diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih
4. jika ada tanda pasti mati
f.Kesalahan pada RJP dan akibatnya
KESALAHAN AKIBAT
1. Penderita tdk berbaring pd bidang keras PJL kurang efektif
2. Penderita tidak horisontal Bila kepala lbh tinggi, darah yg
ke otak berkurang
3. Tekan dahi angkat dagu, kurang baik Jalan napas terganggu
4. Kebocoran saat melakukan napas buatan Napas buatan tidak
efektif
5. Lubang hidung kurang tertutup rapat dan Napas buatan tidak
efektif
mulut penderita kurang terbuka
6. Tekanan terlalu dalam/ terlalu cepat Patah tulang, luka dalam
paru-paru
7. Rasio PJL dan napas buatan tidak baik Oksigenasi darah kurang
BAB V. PERDARAHAN
Pengertian Perdarahan
Sistem peredaran darah yang terdiri dari 3 komponen utama yaitu
jantung, pembuluh darah dan darah. Dalam tubuh manusia darah relatif selalu
berada dalam pembuluh darah kecuali pada saat masuk dalam jaringan untuk
melakukan pertukaran bahan makanan dan oksigen dengan zat sisa pembakaran tubuh
dan karbondioksida.
Jantung
Bagian sebelah kiri menerima darah yang kaya dengan oksigen
setelah diproses dari paru – paru untuk selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh.
Bagian sebelah kanan menerima darah dari tubuh dan meneruskan ke
paru – paru untuk kembali diperkaya dengan oksigen.
Arteri/Pembuluh Nadi
Adalah pembuluh darah yang mengangkut darah yang kaya dengan
oksigen ke seluruh tubuh. Darah yang keluar berwarna merah segar dan memancar
Vena/Pembuluh Balik
Adalah pembuluh darah yang mengangkut darah dari seluruh tubuh
kembali ke jantung. Darah yang keluar mengalir dan berwarna merah gelap
Kapiler/Pembuluh Rambut
Arteri akan terbagi – bagi menjadi pembuluh yang lebih kecil
sehingga dapat mencapai hingga lebih dekat dengan kulit. Darah yang keluar
sangat sedikit dan kadang hanya berupa titik-titik perdarahan
Denyut
Dapat dirasakan dengan mudah pada daerah dimana Arteri/Pembuluh
Nadi berada dekat dengan kulit.
Lokasi pengecekan denyut yang paling mudah:
1. Radialis : Berada di pergelangan tangan
2. Carotis : Berada di leher
3. Femoralis : Berada di lipatan paha
4. Brachialis : Berada di Lengan atas
5. Dorsalis Pedis : Berada di Punggung kaki
6. Tibialis Posterior : Berada di Belakang mata kaki
Setiap kali jantung berdetak, anda dapat merasakan denyutnya
pada sistem arteri.
Darah
Komposisi
Terdiri atas sel darah putih, sel darah merah, dan plasma darah.
Sumber Perdarahan
Perdarahan terjadi apabila darah keluar dari pembuluh darah oleh
berbagai sebab seperti cedera atau penyakit.
Berdasarkan sumber perdarahan:
a. Perdarahan nadi
b. Perdarahan pembuluh balik
c. Perdarahan pembuluh rambut
Jenis Perdarahan
Perdarahan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Perdarahan luar (terbuka), bila kulit juga cedera sehingga
darah bisa keluar dari tubuh dan terlihat ada di luar tubuh.
2. Perdarahan dalam (tertutup), jika kulit tidak rusak sehingga
darah tidak bisa mengalir langsung keluar tubuh.
Perdarahan yang harus segera ditangani adalah perdarahan yang
dapat mengancam nyawa.
Perdarahan luar
Untuk membantu memperkirakan berapa banyak darah yang telah keluar
dari tubuh penderita, hal yang dipakai adalah keluhan korban dan tanda vital.
Bila keluhan korban sudah mengarah ke gejala dan tanda syok seperti yang
dibahas dalam topik ini maka penolong wajib mencurigai bahwa kehilangan darah
terjadi dalam jumlah yang cukup banyak.
Perawatan untuk Perdarahan luar
a. Tekanan Langsung : Penekanan langsung pada bagian yang
mengalami perdarahan dengan atau tanpa pembalut.
b. Elevasi : Meninggikan daerah yang mengalami perdarahan /
lebih tinggi dari jantung.
(dilakukan hanya untuk anggota gerak saja).
c. Titik Tekan : Pada titik nadi yang lebih dekat dari arah
jantung.
d. Immobilisasi : Mengistirahatkan anggota tubuh yang mengalami
perdarahan.
e. Kompres dingin : Untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi
rasa sakit.
Menggunakan Torniket (Sangat tidak dianjurkan)
Torniket hanya digunakan dalam keadaan gawat darurat dimana
tidak ada cara lain utnuk menghentikan perdarahan. Torniket diaplikasikan
sedekat mungkin dengan titik perdarahan.
Perdarahan dalam
Perdarahan dalam dapat berkisar dari skala kecil hingga yang
mengancam jiwa penderita. Kehilangan darah tidak dapat diamati pada perdarahan
dalam.
Gejala dan Tanda
Beberapa tanda perdarahan dalam dapat diidentifikasi. Beberapa
adalah sbb.:
a. Batuk darah berwarna merah muda
b. Memuntahkan darah berwarna gelap (seperti ampas kopi)
c. Terdapat memar
d. Bagian Abdomen terasa lunak
Perawatan untuk Perdarahan dalam
Ingatlah untuk menggunakan standard universal, amankan lokasi
kejadian dan hubungi tenaga terlatih.
a. Jaga jalan napas tetap terbuka dan berikan oksigen sesuai
peraturan
b. Pertahankan panas tubuh penderita, tapi jangan sampai
kepanasan
c. Atasi Syok
d. Pindahkan penderita secepatnya
Laporkan kemungkinan adanya perdarahan dalam kepada tenaga
terlatih segera setelah mereka tiba di lokasi.
Bahaya lain pada perdarahan adalah kemungkinan terjadinya
penularan penyakit. Banyak kuman penyakit bertahan hidup di dalam darah
manusia, sehingga bila darah korban ini bisa masuk kedalam tubuh penolong maka
ada kemungkinan penolong dapat tertular penyakit.
Perdarahan dalam harus dicurigai pada beberapa keadaan seperti :
1. Riwayat benturan benda tumpul yang kuat
2. Memar
3. Batuk darah
4. Muntah darah
5. Buang air besar atau air kecil berdarah
6. Luka tusuk
7. Patah tulang tertutup
8. Nyeri tekan, kaku atau kejang dinding perut
Perawatan Perdarahan
1. Perlindungan terhadap infeksi pada penanganan perdarahan :
a. Pakai APD agar tidak terkena darah atau cairan tubuh korban.
b. Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberi
perawatan
c. Cucilah tangan segera setelah selesai merawat
d. Dekontaminasi atau buang bahan yang sudah ternoda dengan
darah atau cairan tubuh korban.
2. Pada perdarahan besar:
a. Jangan buang waktu mencari penutup luka
b. Tekan langsung dengan tangan (sebaiknya menggunakan sarung
tangan) atau dengan bahan lain.
c. Bila tidak berhenti maka tinggikan bagian tersebut lebih
tinggi dari jantung (hanya pada alat gerak), bila masih belum berhenti maka
lakukan penekanan pada titik-titik tekan.
d. Pertahankan dan tekan cukup kuat.
e. Pasang pembalutan penekan
3. Pada perdarahan ringan atau terkendali :
a. Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka
b. Tekan sampai perdarahan terkendali
c. Pertahankan penutup luka dan balut
d. Sebaiknya jangan melepas penutup luka atau balutan pertama
4. Perdarahan dalam atau curiga ada perdarahan dalam
a. Baringkan dan istirahatkan penderita
b. Buka jalan napas dan pertahankan
c. Periksa berkala pernapasan dan denyut nadi
d. Perawatan syok bila terjadi syok atau diduga akan menjadi
syok
e. Jangan beri makan dan minum
f. Rawatlah cedera berat lainnya bila ada
g. Rujuk ke fasilitas kesehatan
Penanganan perdarahan berarti mengendalikan perdarahan, bukan
berarti menghentikan perdarahan
Syok
Syok terjadi bila sistem peredaran darah (sirkulasi) gagal
mengirimkan darah yang mengandung oksigen dan bahan nutrisi ke alat tubuh yang
penting (terutama otak, jantung dan paru-paru).
Penyebab
1. Kegagalan jantung memompa darah
2. Kehilangan darah dalam jumlah besar
3. Pelebaran ( dilatasi ) pembuluh darah yang luas, sehingga
darah tidak dapat mengisinya dengan baik
4. Kekurangan cairan tubuh yang banyak misalnya diare.
Gejala dan tanda syok
1. Nadi cepat dan lemah
2. Napas cepat dan dangkal
3. Kulit pucat,dingin dan lembab
4. Sering kebiruan pada bibir dan cuping telinga
5. Haus
6. Mual dan muntah
7. Lemah dan pusing
8. Merasa seperti mau kiamat, gelisah
Penanganan syok
1. Bawa penderita ke tempat teduh dan aman
2. Tidurkan telentang, tungkai ditinggikan 20 – 30 cm bila tidak
ada kecurigaan patah tulang belakang atau patah tungkai. Bila menggunakan papan
spinal atau tandu maka angkat bagian kaki.
3. Pakaian penderita dilonggarkan
4. Cegah kehilangan panas tubuh dengan beri selimut penutup
5. Tenangkan penderita
6. Pastikan jalan napas dan pernapasan baik.
7. Kontrol perdarahan dan rawat cedera lainnya bila ada
8. Jangan beri makan dan minum.
9. Periksa berkala tanda vital secara berkala
10.Rujuk ke fasilitas kesehatan
BAB VI. CEDERA JARINGAN LUNAK
Pengertian
Cedera jaringan lunak adalah cedera yang melibatkan jaringan
kulit, otot, saraf atau pembuluh darah akibat suatu ruda paksa. Keadaan ini
umumnya dikenal dengan istilah luka. Beberapa penyulit yang dapat terjadi
adalah perdarahan, kelumpuhan serta berbagai gangguan lainnya sesuai dengan penyebab
dan beratnya cedera yang terjadi.
Klasifikasi Luka
Luka secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Luka terbuka
Cedera jaringan lunak disertai kerusakan / terputusnya jaringan
kulit yaitu rusaknya kulit dan bisa disertai jaringan di bawah kulit.
b. Luka tertutup
Cedera jaringan lunak tanpa kerusakan/terputusnya jaringan
kulit, yang rusak hanya jaringan di bawah kulit.
Pembagian ini tidak menjadi penentu berat ringannya suatu
cedera.
Luka Terbuka
Luka terbuka dapat ditemukan dalam berbagai bentuk diantaranya :
a. Luka lecet
Terjadi biasanya akibat gesekan dengan permukaan yang tidak rata
b. Luka robek
Luka ini memiliki ciri tepi yang tidak beraturan, biasanya
terjadi akibat tumbukan dengan benda yang relatif tumpul. Merupakan luka yang
paling banyak ditemukan.
c. Luka sayat
Diakibatkan oleh benda tajam yang mengenai tubuh manusia. Bentuk
lukanya biasanya rapi.
Sering merupakan kasus kriminal
d. Luka tusuk
Terjadi bila benda yang melukai bisa masuk jauh ke dalam tubuh,
biasanya kedalaman luka jauh dibandingkan lebar luka. Bahayanya alat dalam
tubuh mungkin terkena.
e. Luka avulsi
Luka ini ditandai dengan bagian tubuh yang terlepas, namun masih
ada bagian yang menempel.
f. Luka amputasi
Bagian tubuh tertentu putus.
Luka Tertutup
Luka tertutup yang sering ditemukan adalah :
a. Luka memar
Terjadi akibat benturan dengan benda tumpul, biasanya terjadi di
daerah permukaan tubuh, darah keluar dari pembuluh dan terkumpul di bawah hulit
sehingga bisa terlihat dari luar berupa warna merah kebiruan.
b. Hematoma (darah yang terkumpul di jaringan)
Prinsipnya sama dengan luka memar tetapi pembuluh darah yang
rusak berada jauh di bawah permukaan kulit dan biasanya besar, sehingga yang
terlihat adalah bengkak, biasanya besar yang kemerahan.
c. Luka remuk
Terjadi akibat himpitan gaya yang sangat besar. Dapat juga
menjadi luka terbuka.
Biasanya tulang menajadi patah di beberapa tempat.
Penutup dan Pembalut Luka
Penutup luka
1. Membantu mengendalikan perdarahan
2. Mencegah kontaminasi lebih lanjut
3. Mempercepat penyembuhan
4. Mengurangi nyeri
Pembalut
Pembalut adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan
penutup luka. Bahan pembalut dibuat dari bermacam materi kain.
Fungsi pembalut
1. Penekanan untuk membantu menghentikan perdarahan.
2. Mempertahankan penutup luka pada tempatnya.
3. Menjadi penopang untuk bagian tubuh yang cedera.
Pemasangan yang baik akan membantu proses penyembuhan.
Beberapa jenis pembalut
Ø Pembalut pita/gulung.
Ø Pembalut segitiga (mitela).
Ø Pembalut penekan.
Penutupan luka
Ø Penutup luka harus meliputi seluruh permukaan luka.
Ø Upayakan permukaan luka sebersih mungkin sebelum menutup luka,
kecuali bila luka disertai perdarahan, maka prioritasnya adalah menghentikan
perdarahan tersebut.
Ø Pemasangan penutup luka harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga permukaan penutup yang menempel pada bagian luka tidak terkontaminasi
Pembalutan
Ø Jangan memasang pembalut sampai perdarahan terhenti, kecuali
pembalutan penekanan untuk menghentikan perdarahan.
Ø Jangan membalut terlalu kencang atau terlalu longgar.
Ø Jangan biarkan ujung bahan terurai, karena dapat tersangkut
pada saat memindahkan korban
Ø Bila membalut luka yang kecil sebaiknya daerah yang dibalut
lebih lebar untuk menambah luasnya permukaan yang mengalami tekanan diperluas
sehingga mencegah terjadinya kerusakan jaringan.
Ø Jangan menutupi ujung jari, bagian ini dapat menjadi petunjuk
apabila pembalutan kita terlalu kuat yaitu dengan mengamati ujung jari. Bila
pucat artinya pembalutan terlalu kuat dan harus diperbaiki.
Ø Khusus pada anggota gerak pembalutan dilakukan dari bagian
yang jauh lebih dahulu lalu mendekati tubuh.
Ø Lakukan pembalutan dalam posisi yang diinginkan, misalnya
untuk pembalutan sendi jangan berusaha menekuk sendi bila dibalut dalam keadaan
lurus.
Penggunaan penutup luka penekan
Kombinasi penutup luka dan pembalut dapat juga dipakai untuk
membantu melakukan tekanan langsung pada kasus perdarahan. Langkah-langkahnya :
1. Tempatkan beberapa penutup luka kasa steril langsung atas
luka dan tekan.
2. Beri bantalan penutup luka.
3. Gunakan pembalut rekat, menahan penutup luka.
4. Balut.
5. Periksa denyut nadi ujung bawah daerah luka (distal).
Perawatan luka Terbuka
1. Pastikan daerah luka terlihat
2. Bersihkan daerah sekitar luka
3. Kontrol perdarahan bila ada
4. Cegah kontaminasi lanjut
5. Beri penutup luka dan balut
6. Baringkan penderita bila kehilangan banyak darah dan lukanya
cukup parah
7. Tenangkan penderita
8. Atasi syok bila ada, bila perlu rawat pada posisi syok walau
syok belum terjadi
9. Rujuk ke fasilitas kesehatan
Perawatan Luka Tertutup
Lakukan perawatan seperti halnya terjadi perdarahan dalam
Khusus untuk luka memar dapat dilakukan pertolongan sebagai
berikut :
Ø Berikan kompres dingin (misalnya kantung es)
Ø Balut tekan
Ø Istirahatkan anggota gerak tersebut
Ø Tinggikan anggota gerak tersebut
Bila ada kecurigaan perdarahan besar maka sebaiknya pederita
dirawat seperti syok.
Perawatan luka dengan benda asing menancap
Langkah-langkah perawatan luka yang disertai dengan menancapnya
benda asing adalah sebagai berikut :
1. Stabilkan benda yang menancap secara manual.
2. Jangan dicabut. Benda asing yang menancap tidak pernah boleh
dicabut
3. Bagian yang luka dibuka sehingga terlihat dengan jelas.
4. Kendalikan perdarahan, hati-hati jangan sampai menekan benda
yang menancap
5. Stabilkan benda asing tersebut dengan menggunakan penutup
luka tebal, atau berbagai variasi misalnya pembalut donat, pembalut gulung dan
lain-lainnya.
6. Rawat syok bila ada
7. Jaga pasien tetap istirahat dan tenang.
8. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
Patah Tulang
Cedera Otot Rangka
Alat gerak yang terdiri dari tulang, sendi, jaringan ikat dan
otot pada manusia sangat penting. Setiap cedera atau gangguan yang terjadi pada
sistem ini akan mengakibatkan terganggunya pergerakan seseorang untuk sementara
atau selamanya.
Gangguan yang paling sering dialami pada cedera otot rangka
adalah Patah tulang. Pengertian patah tulang ialah terputusnya jaringan tulang,
baik seluruhnya atau hanya sebagian saja.
Penyebab
Pada dasarnya tulang itu merupakan benda padat, namun masih
sedikit memiliki kelenturan. Bila teregang melampau batas kelenturannya maka
tulang tersebut akan patah.
Cedera dapat terjadi sebagai akibat :
1. Gaya langsung.
Tulang langsung menerima gaya yang besar sehingga patah.
2. Gaya tidak langsung.
Gaya yang terjadi pada satu bagian tubuh diteruskan ke bagian
tubuh lainnya yang relatif lemah, sehingga akhirnya bagian lain iilah yang
patah. Bagian yang menerima benturan langsung tidak mengalami cedera berarti.
3. Gaya puntir.
Selain gaya langsung, juga tulang dapat menerima puntiran atau
terputar sampai patah.
Ini sering terjadi pada lengan.
Mekanisme terjadinya cedera harus diperhatikan pada kasus-kasus
yang berhubungan dengan patah tulang. Ini dapat memberikan gambaran kasar
kepada kita seberapa berat cedera yang kita hadapi.
Gejala dan tanda patah tulang
Mengingat besarnya gaya yang diterima maka kadang kasus patah
tulang gejalanya dapat tidak jelas. Beberapa gejala dan tanda yang mungkin
dijumpai pada patah tulang :
1. Terjadi perubahan bentuk pada anggota badan yang patah. Seing
merupakan satu-satunya tanda yang
terlihat. Cara yang paling baik untuk menentukannya adalah
dengan membandingkannya dengan sisi yang sehat.
2. Nyeri di daerah yang patah dan kaku pada saat ditekan atau
bila digerakkan.
3. Bengkak, disertai memar / perubahan warna di daerah yang
cedera.
4. Terdengar suara berderak pada daerah yang patah (suara ini
tidak perlu dibuktikan dengan menggerakkan bagian cedera tersebut).
5. Mungkin terlihat bagian tulang yang patah pada luka.
Pembagian Patah Tulang
Berdasarkan kedaruratannya patah tulang dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Patah tulang terbuka
2. Patah tulang tertutup
Yang membedakannya adalah lapisan kulit di atas bagian yang
patah. Pada patah tulang terbuka, kulit di permukaan daerah yang patah terluka.
Pada kasus yang berat bagian tulang yang patah terlihat dari luar. Perbedaannya
adalah jika ada luka maka kuman akan dengan mudah sampai ke tulang, sehingga
dapat terjadi infeksi tulang. Patah tulang terbuka termasuk kedaruratan segera.
Pembidaian
Penanganan patah tulang yang paling utama adalah dengan
melakukan pembidaian. Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk
mengistirahatkan bagian yang patah.
Tujuan pembidaian
1. Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang
yang patah.
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah.
4. Mengurangi rasa nyeri.
5. Mempercepat penyembuhan
Beberapa macam jenis bidai :
1. Bidai keras.
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan
lain yang kuat dan ringan.
Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna
dalam keadaan darurat.
Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di
lapangan.
Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
2. Bidai traksi.
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya,
hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah
tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha.
3. Bidai improvisasi.
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk
penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan
improvisasi si penolong.
Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.
4. Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela
(kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk
menghentikan pergerakan daerah cedera.
Contoh : gendongan lengan.
Pedoman umum pembidaian
Membidai dengan bidai jadi ataupun improvisasi, haruslah tetap
mengikuti pedoman umum.
1. Sedapat mungkin beritahukan rencana tindakan kepada
penderita.
2. Sebelum membidai paparkan seluruh bagian yang cedera dan
rawat perdarahan bila ada.
3. Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai,
buka perhiasan di daerah patah atau di bagian distalnya.
4. Nilai gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) pada bagian distal
cedera sebelum melakukan pembidaian.
5. Siapkan alat-alat selengkapnya.
Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan
membidai dalam posisi ketika ditemukan.
6. Jangan berusaha memasukkan bagian tulang yang patah.
7. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah.
Sebelum dipasang diukur lebih dulu pada anggota badan penderita yang sehat.
8. Bila cedera terjadi pada sendi, bidai kedua tulang yang
mengapit sendi tersebut. Upayakan juga membidai sendi distalnya.
9. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak, bila memungkinkan.
10.Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan
bahan pelapis.
11.Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar.
12.Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak
bergerak, kemudian sendi atas dari tulang yang patah.
13.Selesai dilakukan pembidaian, dilakukan pemeriksaan GSS
kembali, bandingkan dengan pemeriksaan GSS yang pertama.
14.Jangan membidai berlebihan.
Pertolongan cedera alat gerak
1. Lakukan penilaian dini.
• Kenali dan atasi keadaan yang mengancam jiwa.
• Jangan terpancing oleh cedera yang terlihat berat.
2. Lakukan pemeriksaan fisik.
3. Stabilkan bagian yang patah secara manual, pegang sisi
sebelah atas dan sebelah bawah cedera, jangan sampai menambah rasa sakit
penderita.
4. Paparkan seluruh bagian yang diduga cedera.
5. Atasi perdarahan dan rawat luka bila ada.
6. Siapkan semua peralatan dan bahan untuk membidai.
7. Lakukan pembidaian.
8. Kurangi rasa sakit.
• Istirahatkan bagian yang cedera.
• Kompres es bagian yang cedera (khususnya pada patah tulang
tertutup).
• Baringkan penderita pada posisi yang nyaman.
Luka Bakar
Sebab :
v Panas
v Kimia
v Listrik
v
PENGGOLONGAN
Berdasarkan dalamnya luka bakar dibagi menjadi :
1. Luka bakar superfisial (derajat satu)
Hanya meliputi lapisan kulit yang paling atas saja (epidermis).
Ditandai dengan kemerahan, nyeri dan kadang-kadang bengkak
2. Luka bakar derajat dua (sedikit lebih dalam)
Meliputi lapisan paling luar kulit yang rusak dan lapisan
dibawahnya terganggu.
Luka bakar jenis ini paling sakit, ditandai dengan
gelembung-gelembung pada kulit berisi cairan, bengkak, kulti kemerahan atau
putih, lembab dan rusak.
3. Luka bakar derajat tiga
Lapisan yang terkena tidak terbatas, bahkan dapat sampai ke
tulang dan organ dalam.
Luka bakar ini paling berat dan ditandai dengan kulit biasanya
kering, pucat atau putih, namun dapat juga gosong dan hitam.Dapat diikuti
dengan mati rasa karena kerusakan saraf.
Daerah disekitarnya nyeri. Berbeda dengan derajat satu dan dua
luka bakar derajat tiga tidak menimbulkan nyeri.
Luas luka bakar
Gambar rumus sembilan
Rumus telapak tangan.
Cara lain untuk menghitung luas luka bakar adalah embandingkannya
dengan luas telapak tangan korban. Telapak tangan korban dianggap memiliki luas
1% luas permukaan tubuh.
Perlu diingat bahwa perhitungan luas luka bakar dihitung
berdasarkan masing-masing derajat luka bakar.
DERAJAT BERAT LUKA BAKAR
Derajat berat luka bakar ditentukan oleh dua faktor utama yaitu
luasnya permukaan tubuh yang mengalami luka bakar dan lokasinya.
Luka bakar ringan
• Luka bakar derajat tiga kurang dari 2% luas, kecuali pada
wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
• Luka bakar derajat dua kurang dari 15%
• Luka bakar derajat satu kurang dari 50%
Luka bakar sedang
• Luka bakar derajat tiga antara 2% sampai 10%, kecuali pada
wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
• Luka bakar derajat dua antara 15% sampai 30%
• Luka bakar derajat satu lebih dari 50%
Luka bakar berat
• Semua luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas,
cedera jaringan lunak dan cedera tulang
• Luka bakar derajat dua atau tiga pada wajah, tangan, kaki,
kemaluan atau saluran napas
• Luka bakar derajat tiga di atas 10%
• Luka bakar derajat dua lebih dari 30%
• Luka bakar yang disertai cedera alat gerak
• Luka bakar mengelilingi alat gerak
Beberapa penyulit pada luka bakar adalah :
1. Usia penderita, biasanya mereka dengan usia kurang dari 5
tahun atau lebih dari 55 tahun.
Penanganan kelompok usia ini biasanya lebih sulit.
2. Adanya penyakit penyerta. Proses penatalaksanaan sering
menjadi sukar dan berkepanjangan.
Penatalaksanaan luka bakar
• Keamanan keadaan
• Keamanan penolong dan orang lain
1. Hentikan proses luka bakarnya. Alirkan air dingin pada bagian
yang terkena.
Bila ada bahan kimia alirkan air terus menerus
sekurang-kurangnya selama 20 menit
2. Buka pakaian dan perhiasan
3. Lakukan penilaian dini
4. Berikan pernapasan buatan bila perlu
5. Tentukan derajat berat dan luas luka bakar
6. Tutup luka bakar dengan penutup luka dan pembalut longgar,
jangan memecahkan gelembungnya.
Bila yang terbakar adalah jari-jari maka balut masing-masing
jari tersendiri
7. Upayakan penderita senyaman mungkin
Pemindahan
Saat tiba di lokasi kita mungkin menemukan bahwa seorang korban
mungkin harus dipindahkan. Pada situasi yang berbahaya tindakan cepat dan
waspada sangat penting. Penangan korban yang salah akan menimbulkan cedera
lanjutan atau cedera baru.
MEKANIKA TUBUH
Penggunaan tubuh dengan baik untuk memfasilitasi pengangkatan
dan pemindahan korban untuk mencegah cedera pada penolong.
Cara yang salah dapat menimbulkan cedera. Saat mengangkat ada
beberapa hal yang harus diperhatikan :
• Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat
• Gunakan tungkai jangan punggung
• Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh
• Lakukan gerakan secara menyeluruh dan upayakan agar bagian
tubuh saling menopang
• Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui
korban
• Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap
Hal-hal tersebut di atas harus selalu dilakukan bila akan
memindahkan atau mengangkat korban. Kunci yang paling utama adalah menjaga
kelurusan tulang belakang. Upayakan kerja berkelompok, terus berkomunikasi dan
lakukan koordinasi.
Mekanika tubuh yang baik tidak akan membantu mereka yang tidak
siap secara fisik.
MEMINDAHKAN KORBAN
Kapan penolong harus memindahkan korban sangat tergantung dari
keadaan. Secara umum, bila tidak ada bahaya maka jangan memindahkan korban.
Lebih baik tangani di tempat.
Pemindahan korban ada 2 macam yaitu darurat dan tidak darurat
Pemindahan Darurat
Pemindahan ini hanya dilakukan bila ada bahaya langsung terhadap
korban
Contoh situasi yang membutuhkan pemindahan segera:
• Kebakaran atau bahaya kebakaran
• Ledakan atau bahaya ledakan
• Sukar untuk mengamankan korban dari bahaya di lingkungannya :
– Bangunan yang tidak stabil
– Mobil terbalik
– Kerumunan masa yang resah
– Material berbahaya
– Tumpahan minyak
– Cuaca ekstrim
• Memperoleh akses menuju korban lainnya
• Bila tindakan penyelamatan nyawa tidak dapat dilakukan karena
posisi korban, misalnya melakukan RJP
Bahaya terbesar pada pemindahan darurat adalah memicu terjadinya
cedera spinal. Ini dapat dikurangi dengan melakukan gerakan searah dengan sumbu
panjang badan dan menjaga kepala dan leher semaksimal mungkin.
Beberapa macam pemindahan darurat
• Tarikan baju
• Tarikan selimut atau kain
• Tarikan bahu/lengan
• Menggendong
• Memapah
• Membopong
• Angkatan pemadam
Pemindahan Biasa
Bila tidak ada bahaya langsung terhadap korban, maka korban
hanya dipindahkan bila semuanya telah siap dan korban selesai ditangani.
Contohnya :
• Angkatan langsung
• Angkatan ekstremitas (alat gerak)
Posisi Korban
Bagaimana meletakkan penderita tergantung dari keadaannya.
• Korban dengan syok
• Tungkai ditinggikan
• Korban dengan gangguan pernapasan
• Biasanya posisi setengah duduk
• Korban dengan nyeri perut
• Biasanya posisi meringkuk seperti bayi
• Posisi pemulihan
• Untuk korban yang tidak sadar atau muntah
Tidak mungkin untuk membahas semua keadaan. Situasi di lapangan
dan keadaan korban akan memberikan petunjuk bagaimana posisi yang terbaik.
Peralatan Evakuasi
• Tandu beroda
• Tandu lipat
• Tandu skop / tandu ortopedi/ tandu trauma
• Vest type extrication device (KED)
• Tandu kursi
• Tandu basket
• Tandu fleksibel
• Kain evakuasi
• Papan spinal
Kedaruratan
Semua yang dialami korban yang tidak tergologn dalam kecelakaan
dimasukan dalam kelompok kedaruratan medis. Seseorang yang mengalami kasus
medis mungkin juga dapat mengalami cedera sebagai akibat dari gejala gangguan
fungsi tubuh yang terjadi misalnya kehilangan kesadaran lalu terjatuh sehingga
terjadi suatu luka.
Dalam penatalaksanaan Pertolongan Pertama kasus medis tidak banyak
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Hal yang paling penting adalah
mengenali kedaruratannya, terutama secara dini. Kesimpulan mengenai keadaan
yang dihadapi hampir 80% diperoleh berdasarkan wawancara dengan penderita bila
sadar, keluarganya atau saksi mata dan sumber informasi lainnya. Dalam
penatalaksanaan penderita yang paling penting adalah menjaga jalan napas dan
memantau tanda vital penderita secara teratur.
Gejala dan tanda pada kedaruratan medis.
Gejala dan tanda pada kedaruratan medis sangat beragam, khas
maupun tidak khas. Perubahan yang tidak normal dari tanda vital penderita sudah
mengarah pada kedaruratan medis. Beberapa hal yang dapat diamati pada penderita
yang mengarahkan kecurigaan kita pada adanya masalah medis adalah :
Gejala :
1. Demam
2. Nyeri
3. Mual, muntah
4. Buang air kecil berlebihan atau tidak sama sekali
5. Pusing, perasaan mau pingsan, merasa akan kiamat
6. Sesak atau merasa sukar bernapas
7. Rasa haus atau lapar berlebihan, rasa aneh pada mulut
Tanda :
1. Perubahan status mental (tidak sadar, bingung)
2. Perubahan irama jantung : nadi cepat atau sangat lambat,
tidak teratur, lemah atau sangat kuat.
3. Perubahan pernapasan: irama dan kualitas warna pada selaput
lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah)
4. Perubahan keadaan kulit : suhu, kelembaban, keringat
berlebihan, sangat kering, termasuk perubahan warna pada selaput lendir (pucat,
kebiruan, terlalu merah)
5. Manik mata : sangat lebar, atau sangat kecil
6. Bau khas dari mulut atau hidung
7. Aktivitas otot misalnya kejang atau kelumpuhan
8. Gangguan saluran cerna : mual, muntah atau diare
9. Tanda-tanda lainnya yang seharusnya tidak ada.
Anggap semua keluhan penderita adalah benar. Bila penderita
merasa tidak enak atau nyaman maka perlakukan sebagai kasus medis
Beberapa gangguan medis yang umum ditemukan adalah :
1. Pingsan (Syncope/collapse) :
Terjadi karena peredaran darah yang ke organ otak berkurang,
yang dapat terjadi akibat emosi yang hebat, berada dalam ruangan yang penuh
orang tanpa udara segar yang cukup, letih dan lapar, terlalu banyak
mengeluarkan tenaga.
Gejala dan tanda:
1. Perasaan limbung.
2. Pandangan berkunang-kunang dan telinga berdenging.
3. Lemas, keluar keringat dingin.
4. Menguap.
5. Dapat menjadi tidak ada respon, yang biasanya berlangsung
hanya beberapa menit.
6. Denyut nadi lambat.
Penatalaksanaan :
1. Baringkan penderita dengan tungkai ditinggikan.
2. Longgarkan pakaian.
3. Usahakan penderita menghirup udara segar.
4. Periksa cedera lainnya.
5. Beri selimut, agar badannya hangat.
6. Bila pulih, usahakan istirahatkan beberapa menit.
7. Bila tidak cepat pulih, maka:
- periksa napas dan nadi.
- posisikan stabil.
- bawa ke fasilitas kesehatan
2. Paparan panas
Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3
macam gangguan yang terjadi:
A. Kram panas
Terjadi akibat kehilangan garam tubuh yang berlebihan melalui
keringat.
Gejala dan Tanda:
1. Kejang pada otot yang disertai nyeri
2. Tungkai dan perut.
3. Kelelahan.
4. Mual
5. Mungkin pingsan
Penatalaksanaan :
1. Baringkan penderita di tempat teduh.
2. Beri minum kepada penderita, bila perlu campur sedikit garam.
JANGAN MEMBUANG WAKTU UNTUK MENCARI GARAM.
3. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
B. Kelelahan Panas (Heat Axhaustion)
Terjadi akibat kondisi yang tidak fit pada saat melakukan
aktivitas di lingkungan yang suhu udaranya relatif tinggi, yang mengakibatkan
terganggunya aliran darah.
Gejala dan tanda :
1. Pernapasan cepat dan dangkal.
2. Nadi lemah.
3. Kulit teraba dingin, keriput, lembab dan selaput lendir pucat
4. Pucat, keringat berlebihan.
5. Lemah.
6. Pusing, kadang tidak repon.
Penatalaksanaan :
1. Baringkan penderita di tempat yang teduh.
2. Kendorkan pakaian yang mengikat.
3. Tinggikan tungkai penderita sekitar 20 – 30 cm.
4. Berikan oksigen bila ada.
5. Beri minum bila penderita sadar.
6. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
C. Sengatan Panas (Heat Stroke)
Merupakan keadaan yang mengancam nyawa. Suhu tubuh menjadi
terlalu tinggi dan pada banyak kasus penderita tidak lagi berkeringat. Bila
tidak diatasi dengan segera, maka sel otak akan segera mati.
Gejala dan tanda:
1. Pernapasan cepat dan dalam.
2. Nadi cepat dan kuat diikuti nadi cepat tetapi lemah.
3. Kulit teraba kering, panas kadang kemerahan
4. Manik mata melebar.
5. Kehilangan kesadaran.
6. Kejang umum atau gemetar pada otot.
Penatalaksanaan :
1. Turunkan suhu tubuh penderita secepat mungkin.
2. Letakkan kantung es pada ketiak, lipat paha, dibelakang lutut
dan sekitar mata kaki serta di samping leher.
3. Bila memungkinkan, masukkan penderita ke dalam bak berisi air
dingin dan tambahkan es ke dalamnya.
4. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
3. Paparan dingin (Hipotermia)
Udara dingin dapat menyebabkan suhu tubuh menurun. Suhu
lingkungan tidak perlu sampai beku untuk mencetuskan hipotermia. Ada beberapa
keadaan yang memperburuk hipotermia yaitu faktor angin dan kekurangan makanan.
Gejala dan tanda
Hipotermia sedang :
1. Menggigil.
2. Terasa melayang.
3. Pernapasan cepat, nadi lambat.
4. Gangguan penglihatan.
5. Reaksi mata lambat.
6. Gemetar.
Hipotermia berat :
1. Pernapasan sangat lambat.
2. Denyut nadi sangat lambat.
3. Tidak ada respon.
4. Manik mata melebar dan tidak bereaksi.
5. Alat gerak kaku.
6. Tidak menggigil.
Penanganan hipotermia:
Rawat penderita dengan hati hati, berikan rasa nyaman.
1. Penilaian dini dan pemeriksaan penderita.
2. Pindahkan penderita dari lingkungan dingin.
3. Jaga jalan napas dan berikan oksigen bila ada.
4. Ganti pakaian yang basah, selimuti penderita, upayakan agar
tetap kering.
5. Bila penderita sadar dapat diberikan minuman hangat secara
pelan pelan.
6. Pantau tanda vital secara berkala.
7. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
Keracunan
Pengertian:
Racun adalah suatu zat yang bila masuk dalam tubuh dalam jumlah
tertentu dapat menyebabkan reaksi tubuh yang tidak diinginkan bahkan dapat
menimbulkan kematian.
Dalam keadaan sehari-hari ada beberapa zat yang sering
digolongkan sebagai racun namun sebenarnya bahan ini adalah korosif, yaitu
dapat menyebabkan luka bakar pada bagian tubuh dalam bila masuk ke dalam tubuh.
Penatalaksanaan penderita pada kasus ini biasanya disamakan dengan keracunan.
Cara terjadinya Keracunan pada manusia:
A. Sengaja bunuh diri
Dengan minum obat-obatan/cairan kimia dalam jumlah yang
berlebihan misalnya minum racun serangga, obat tidur berlebihan. Sering
berakhir dengan kematian, kecuali penemuan kasus keracunan tersebut cepat dan
langsung mendapat pertolongan.
B. Keracunan tidak disengaja
Misalnya:
a. Makan makanan/minuman yang telah tercemar oleh kuman/ zat
kimia tertentu.
b. Salah minum yang biasanya terjadi pada anak-anak/orang tua
yang sudah pikun misalnya obat kutu anjing disangka susu dan sebagainya.
c. Makan singkong yang mengandung kadar sianida tinggi.
d. Udara yang tercemar gas beracun.
Jalur masuknya racun dalam tubuh manusia
1. Melalui mulut/alat pencernaan.
a. Obat-obatan terutama obat tidur/penenang, biasanya dalam
jumlah besar atau diminum dengan bahan lain sehingga terjadi reaksi keracunan
b. Makanan yang mengandung racun misalnya: singkong, jengkol,
tempe bongkrek, oncom, makanan kaleng yang kadaluarsa.
c. Baygon, minyak tanah, zat pembunuh serangga lainnya.
d. Makanan atau minuman yang mengandung alkohol (bir, minuman
keras)
e. Perhatikan sekitar penderita mungkin ditemukan petunjuk
mengenai sebab keracunannya, misalnya botol obat, pembungkus, sisa makanan,
sisa muntahan.
2. Melalui pernapasan.
a. Menghirup gas beracun/udara beracun (mis. gas mobil dalam
kendaraan yang tertutup).
b. Kebocoran gas industri.
3. Melalui kulit atau absorbsi (kontak)
Zat kimia/tanaman beracun yang terpapar melalui permukaan kulit
dan dapat meresap ke dalam kulit tersebut.
Keracunan ini dapat juga terjadi akibat tersentuh binatang yang
memiliki racun pada kulit atau bagian tubuh lainnya.
4. Melalui suntikan atau gigitan
a. Gigitan / sengatan binatang berbisa (ular, kalajengking,
dll.).
b. Gigitan binatang laut (ubur-abur, anemon, ketimun laut,
gurita, tiram dll).
c. Obat suntik
Gejala dan tanda keracunan secara umum
Gejala dan tanda keracunan yang khas biasanya sesuai dengan
jalur masuk racun ke dalam tubuh.
Bila masuk melalui saluran pencernaan, maka gangguan utama akan
terjadi pada saluran pencernaan.
Bila masuk melalui jalan napas maka yang terganggu adalah
pernapasannya dan bila melalui kulit akan terjadi reaksi setempat lebih dahulu.
Gejala lanjutan yang terjadi biasanya sesuai dengan sifat zat racun tersebut
terhadap tubuh.
Gejala dan tanda keracunan umum :
a. Riwayat yang berhubungan dengan proses keracunan
b. Penurunan respon
c. Gangguan pernapasan
d. Nyeri kepala, pusing, gangguan penglihatan
e. Mual, muntah, diare
f. Lemas, lumpuh, kesemutan
g. Pucat atau sianosis
h. Kejang-kejang
i. Gangguan pada kulit
j. Bekas suntikan, gigitan, tusukan
k. Syok
0 komentar:
Posting Komentar